Siapa yang menggaji anda?


Viralnya video Bapak mentri yang menanyakan ke seorang ibu ASN dalam acara seminar mengenai siapa yang menggajinya menuai banyak polemik di masyarakat. Tidak sedikit yang mengkritik, kenapa bapak mentri itu membuat pertanyaan yang malah membuatnya menjadi

Continue reading

Malungun tu Huta ( Rindu ke Kampung)


AEK SINGOLOTMa sonjia ma roai Aek Singolot ganan niba maridi i tiop ari. Dompak Sikola Esde iba, manyogot-nyogot kehe me tu aek singolot-an oban anduk dot sabunna giot maridi tu tapian niba nabiasoi. Ma doras do roai aek nai sannari sana mur marsik do?. Anggo capot nai les capot dope ningroangkui. batu-batu na di aek i pe les rara-rara dope i tile dongan. pala dompak libur pokir dot patayat naisan do aek singolot i da, na tagian disi maridi, marmelaan loja dot daki pala mandung marondam di aek singolot-an.

Ma sonjia ma roai koum-koum nitai di purbabaru i, lek rosu-rosu do sasudena kan koum?. Imada, angkon na rosu-rosu do sudena da anso borkat sude dot di ridhoi Allah SWT ita. pala ari salasa manggadis kantalan me, sidung i ke tu pasar kayu laut balanjo arasak dot parira dongan ni indahan. ulang dibayangkon ba dongan mangan dot arasak na i tutung dot parira i tamba sambal tuk-tuk, merdet naron ijur i dongan, anggo ma merdet lap jolo da.hehehe….

Ma sonjia ma roai sikola arob i,  na disi ma mangajari iba mambaca al qur’an dohot ilmu agama i? lek torus do yakin au i kan, les murmabahat do anggi-anggi na ro marsiajar tu si kan? di sikola arob on ma diajari ita sonjia so denggan sumbayang, mangaji dot denggan mamili dongan na mangoban iba tu hadengganan.

(Bahasa Mandailing)

“Ajar ni amangna tu anakna Nalaho kehe tusikola”


1. (Bahasa Mandailing)
“Ajar ni amangna tu anakna Nalaho kehe tusikola”

Ia bo ale amang sinuan tunas
laho ma ho marsikola
Ulang Hum baen songon luas luas
Tai ringgasma ho marsipoda
Anggo panganon dohot abit
Huparkancitkon pe manjalahisa
Nada au nian makikit
Diho mangalehensa
Muda adong Tuhor ni kopi
Dapot au dohot inangmu
Deba mai hu pajopi
Anso adong abit matomu
Muda kehe au manjala
Dapot au dua mera
Hugadis mai sada
Anso adong panabusi ni sira
Muda ngada dipangan Tangkalon
Dapot kita tolu lungguk
Sada mai hu gadis kon
Anso adong panabusi ni imbaho dohot pusuk
Muda au sogot matobang
Inangmu pe ngada marnida
Da hami ma pasonang
Ho ma markayahon hita
O… ale nadenggan roha
Na umbege na hupardokkon on
Mangido au di hita
Hita pasonang pagarohai nidanak on

2. (Bahasa Indonesia)
“Ajaran seorang ayah terhadap anaknya yang akan pergi kesekolah”

duhai anakku penerusku
pergilah menuntut ilmu
jangan buat seperti sesuka hati (Sekedar Melepaskan Beban)
tetapi rajinlah kamu belajar
kalau makanan dan pakaian
besakit sakit aku mencarinya
tidaklah aku menjadi pelit
untuk memberikannya padamu
bila ada hasil penjualan kopi
yang aku dapat dengan ibumu
sebahagian aku simpan
biar ada pakaian dikemudian hari (Dipernikahanmu)
bila pergi aku menjaring ikan
aku mendapat dua ikan jurung
satulah yang akan kujual
biar ada untuk membeli garam (Makanan)
bila tidak ada wabah
kita mendapat tiga rantai (Panen Sawah)
satulah yang akan kujual
buat membeli tembakau dan rokok
bila aku tua di kemudian hari
ibumu pun tidak bisa melihat lagi
berilah kami kesenangan
kamulah yang memberi kebanggaan buat kita (Keluarga)
o… yang baik hati (Maha Penyayang)
yang mendengar apa yang aku ucapkan
aku meminta kepada Kita ( Mu / Tuhan )
kita beri kebahagian (Kebaikan) dalam hati anak ini (Generasi)

3. (English/ Language)
“Teachings of a father for his son, who will go to school”

O my son my successor
went to study
do not make such as they pleased (just off load)
but you will diligently study
if food and clothing
I look ill ail
I was not to be stingy
to give it to you
if there is coffee sales
that I can be with your mother
I am a party store
let me no clothing in the future (in your wedding)
when I go to capture fish
I got two fish Jurung
Only one that i will sell
I’ll have to buy salt (food)
when no outbreaks
we get the three chains (crop fields)
Only one that i will sell
for buying tobacco and cigarettes
when I’m old at a later date
Not even your mother could see again
give us pleasure
You will give pride for us (family)
O. .. A good heart (most merciful)
who hear what I say
I ask You (“You / God)
we give happiness (good) in the heart of this child (generation)

(Williem Iskandar N.)

“Belajar Dari Pohon”


Forest02

Suatu ketika, seorang guru bertanya pada Sang Maha Guru, “Wahai Maha Guru, aku ingin menjadi guru yang sejati bagi anakku, juga bagi murid-muridku. Apakah Maha Guru memiliki pesan untukku, agar setiap kali mengajar aku akan selalu teringat pesan bijaksanamu?”

Sang Maha Guru terdiam sejenak. Lalu sambil tersenyum arif ia bertanya, “Apakah kamu pernah melihat pepohonan di sekitarmu?”

“Ya, tentu saja,” kata si guru.

Sang Maha Guru bertanya kembali, “Apakah kamu benar-benar melihat dan memperhatikan apa yang mereka lakukan?”

Si guru menggaruk-garuk kepalanya, “Setahuku mereka diam saja dan tidak melakukan apa-apa.”

Sang Maha Guru tersenyum lagi, lalu mulailah ia berpesan :
“Jadilah seperti pohon. Perhatikanlah, ia diam tak banyak bicara hingga kamu tidak menyadari apa yang dilakukannya. Padahal ia selalu memberimu udara untuk dihisap. Lihatlah bagaimana ia memberi udara pada semua orang tanpa memandang apakah kamu miskin atau kaya. Atau apakah kamu lahir dari kelompok etnik tertentu. Ia memberi udara bagi semua orang tanpa memandang agama, ras dan suku bangsa. Apakah kamu bersedia membagi ilmumu untuk semua orang tanpa pilih kasih?”

“Jadilah seperti pohon. Ia tidak banyak berbicara tapi terus bertumbuh setiap hari. Jika sudah tidak bertumbuh maka ia akan mati. Apakah dirimu merasa terus bertumbuh?”

“Jadi seperti pohon. Apabila sudah besar, ia akan menaungi siapa saja yang berada dibawahnya, tak peduli itu manusia atau hewan. Apakah kamu merasa dirimu sudah semakin besar dan menaungi apa saja yang berada dibawahmu?”

“Jadilah seperti pohon yang selalu menyejukkan, memperindah dan mempercantik tempat-tempat gersang. Apakah kamu merasa kehadiranmu telah membuat hati-hati yang gersang menjadi sejuk dan indah kembali?”

“Jadilah seperti pohon. Satu-satu kehidupan yang tumbuh ke atas dan berhasil melawan kuatnya gravitasi Bumi. Apakah kamu merasa dirimu telah berhasil melawan kuatnya godaan dan tantangan akan terus bertumbuh menjadi manusia dan guru yang lebih baik dari hari ke hari?”

“Jadilah seperti pohon yang menyuburkan tanah di sekitarnya dan menyimpan air di bawahnya untuk kehidupan semua makhluk hidup lainnya. Apakah kamu sudah menyuburkan lingkungan sekitarmu?”

“Jadilah seperti pohon, Seandainya sudah mati pun tubuhnya masih berguna bagi kesuburan tanah atau menjadi bahan baku tempat tinggal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.”

Menurut Anda, apakah kita sudah lebih baik dari sebatang pohon ….?

Memulai Pertama Kali Itu Sulit?


Setiap orang punya tentu pernah punya perasaan malas memulai sesuatu. Bagi mahasiswa, memulai untuk menulis TA itu kadangkala terasa berat: darimana memulainya? Apa yang harus ditulis? Dan sebagainya. Akibatnya pekerjaan menulis laporan TA terpaksa ditunda-tunda. Karena sering ditunda-tunda akhirnya berlarut berlama-lama.

Saya juga begitu,seringkali juga menunda, ah nantilah, ah santai dululah, dan sebaginya. Sebenarnya menunda-nunda pekerjaan itu tidak baik, sebab hal itu pertanda malas. Malas adalah penyakit mental. Malas timbul karena kita menganggap negatif masa depan, kita merasa pekerjaan yang dihadapi itu berat dan membebani pikiran, akibatnya kita tidak mempunyai semangat untuk memulainya.

Malas harus dilawan. Cara melawannya sederhana saja: kalau bukan saya yang mengerjakannya, lalu siapa lagi? Masa depan hanya saya sendiri yang menentukan, bukan orang lain. Kalau saya tidak memulainya, kapan akan selesainya? Jadi, saya harus mengerjakannya sekarang juga!

Biasanya kalau sebuah pekerjaan yang menjadi tugas kita sudah dimulai, maka semua inspirasi mengalir deras begitu saja, bahkan tidak bisa dihentikan karena keasyikan. Aneh ya? Padahal tadi memulainya sulitnya luar biasa.

*8 Macam Cinta Menurut Qur’an*


 

222

 
1.cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi.

Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa
ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah
pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi.

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha

By fadheelasrodilubis Posted in artikel

Kebebasan Berekspresi = Kebebasan Menghina?


Tidak putus-putusnya umat Islam di dunia diprovokoasi untuk marah. Junjungan umat Islam, Nabi Muhammad SAW, tidak henti-hentinya mendapat hinaan dan pelecehan oleh orang lain. Yang terbaru adalah penayangan film “Innocence of Muslim” di Amerika. Film berdurasi panjang ini juga sudah tersebar di situs Youtube. Seperti dikutip dari sini, “film ini mengisahkan tentang kehidupan Nabi Muhammad yang, parahnya, dibumbui dengan tema pedofil dan homoseksualitas. Sejumlah adegan dalam film yang berdurasi 2 jam ini telah diunggah ke internet dan bisa juga dilihat di sejumlah saluran satelit privat”.

Protes umat Islam di seluruh dunia terhadap fikm tersebut berlangsung hingga sekarang dan sudah banyak korban yang berjatuhan, termasuk Dubes AS yang tewas di Libya. Mungkin aksi demo anarkis inilah yang ditunggu-tunggu oleh pembuat film dan kaum Islamophobia, sebab dengan begitu mereka mempunyai alasan untuk membenarkan stigma bahwa Islam adalah agama yang identik kekerasan. Tujuan membuat film itu sendiri sangat jelas yaitu untuk menyebarkan kebencian kepada Islam, namun dibungkus dengan dalih kekebasan berekspresi.

Bagi dunia Barat, kebebasan berekspresi adalah segala-galanya. Manusia bebas mengekspresikan apapun yang dia inginkan dan tidak seorangpun yang berhak melarangnya. Film “Innocence” menambah deretan kebebasan berekspresi yang melukai hati umat Islam. Masih segar dalam ingatan kita novel “Ayat-ayat Setan” yang ditulis oleh oleh Salman Ruhdie, film pendek “Fitna” oleh Geert Wilders di Belanda, dan penayangan kartun Nabi di harian Jillands Posten di Denmark. Sasarannya jelas untuk membuat kontroversi, sebab mereka tahu benar kalau di dalam Islam tidak boleh memvisualkan Nabi, ditambah lagi dengan bumbu-bumbu yang menggambarkan Nabi Muhammad sebagai seorang yang memiliki sifat buruk.

Umat Islam masih bisa “menahan diri” ketika penghinaan itu dilakukan kepada Sang Pencipta, hal itu dapat kita lihat dari tulisan-tulisan ateistik yang tidak mempercayai keberadaan-Nya. Penghinaan terhadap Tuhan sudah berlangsung berabad-abad sejak zaman dulu sampai sekarang. Namun, ketika penghinaan itu dilakukan terhadap Nabi junjungan mereka yang sangat dimuliakan dan dicintai itu, maka rasa amarah yang tidak tertahankan meletup sampai tidak terkendali.

Kecintaan umat Islam kepada Kanjeng Nabi itu tidak hanya dalam ucapan salawat dan salam yang selalu dibaca setiap shalat, tetapi kecintaan itu diabadikan dengan menamakan anak-anak mereka dengan nama “Muhammad”. “Muhammad” adalah nama yang paling populer di dunia (ketiga anak lelaki saya selalu mempunyaikata “Muhammad” di dalam namanya).

Begitu besar kecintaan orang Islam kepada Rasulullah, sebab kecintaan kepada Rasulullah adalah tanda kesempurnaan iman, sebagaimana Hadis Nabi yang berbunyi sebagai berikut:

Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.”

atau dalam hadis lain yang senada:

“Rasulullah (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) bersabda, ‘Demi Dia yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah beriman seorang di antaramu hingga ia mencintaiku melebihi cintanya pada ayahnya dan pada anak-anaknya.’” [Sahih Bukhari, diriwayatkan dari Abu Hurairah RA]

Oleh karena itu, aksi-aksi demo menentang penghinaan terhadap Rasulullah seharusnya dapat dilihat secara adil. Mereka menjadi anarkis karena hati mereka sudah sangat terluka. Apapun, termasuk nyawa sekalipun, mereka korbankan untuk membela kemuliaan Nabi junjungan umat. Anda bisa paham maksud saya, tidak seorangpun yang rela bila orang yang dihormati atau dimuliakannya direndahkan atau dilecehkan oleh orang lain. Seorang anak tidak akan terima jika ibu kandungnya dihina oleh orang lain, dia akan sangat marah dan terluka, bahkan dia mau bersabung nyawa untuk membela kehormatan orangtuanya. Itu baru kepada orangtua, apalagi terhadap Rasulullah dimana kecintaan kepada beliau di atas kecintaan kepada anak atau orangtua. Saya bukan setuju atau mendukung aksi yang menjurus anarkis itu, tetapi saya bisa memahami mengapa hal itu bisa terjadi.

Kebebasan sendiri tidaklah benar-benar bebas sepenuhnya, namun tetap ada batas-batasnya. Ketika kebebasan itu memasuki ranah publik, maka ia dibatasi oleh penghargaan dan penghormatan kepada orang lain. Ketika anda telanjang (maaf) seorang diri di dalam kamar, tidak ada yang mempersoalkannya, namun ketika anda telanjang di depan umum dengan dalih sebagai sebuah ekspresi seni, maka anda bersinggungan dengan norma yang diyakini orang banyak bahwa memamerkan aurat di depan publik itu adalah sebuah pelanggaran terhadap norma agama dan etika.

Kebebasan, di mana pun itu, harus diiringi dengan rasa tanggung jawab. Kebebasan yang kebablasan, yaitu yang tidak menghargai hak dan keyakinan orang lain, hanya akan melahirkan api dendam dan kebencian yang tidak habis-habisnya. Kebebasan berekspresi tidaklah sama dengan bebas untuk menghina atau melecehkan apa saja, ada keyakinan pihak lain yang harus dipertimbangkan sebelum anda mengekspresikan diri anda

sumber : http://rinaldimunir.wordpress.com/2012/09/19/kebebasan-berekspresi-kebebasan-menghina/

Kebebasan Berekspresi = Kebebasan Menghina?


Catatanku

Tidak putus-putusnya umat Islam di dunia diprovokoasi untuk marah. Junjungan umat Islam, Nabi Muhammad SAW, tidak henti-hentinya mendapat hinaan dan pelecehan oleh orang lain. Yang terbaru adalah penayangan film “Innocence of Muslim” di Amerika. Film berdurasi panjang ini juga sudah tersebar di situs Youtube. Seperti dikutip dari sini, “film ini mengisahkan tentang kehidupan Nabi Muhammad yang, parahnya, dibumbui dengan tema pedofil dan homoseksualitas. Sejumlah adegan dalam film yang berdurasi 2 jam ini telah diunggah ke internet dan bisa juga dilihat di sejumlah saluran satelit privat”.

Protes umat Islam di seluruh dunia terhadap film tersebut berlangsung hingga sekarang dan sudah banyak korban yang berjatuhan, termasuk Dubes AS yang tewas di Libya. Mungkin aksi demo anarkis inilah yang ditunggu-tunggu oleh pembuat film dan kaum Islamophobia, sebab dengan begitu mereka mempunyai alasan untuk membenarkan stigma bahwa Islam adalah agama yang identik kekerasan. Tujuan membuat film itu sendiri sangat jelas yaitu untuk menyebarkan…

View original post 613 more words